Cari Blog Ini

Sabtu, 18 Desember 2010

Jangan Jadi "Miss Komplain"

Pernahkah Anda menghitung berapa kali Anda mengeluh dalam satu hari, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jika dibuat daftarnya, bisa jadi sepanjang hari itu kita lebih banyak mengeluh dari hal-hal yang sepele di rumah sampai hal-hal yang berat di tempat kerja atau di lingkungan tempat kita tinggal.

Suatu hal yang wajar jika sesekali kita mengeluh, karena sudah menjadi kodrat manusia suka berkelu kesah seperti disebutkan dalam Surat Al-Ma'arij ayat 19-21, "Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Apabila ditimpa musibah dia mengeluh dan apabila ditimpa kesenangan berupa harta ia jadi kikir." Tapi yang sering terjadi adalah, tidak ditimpa musibah pun kita kadang sering mengeluh. Jalanan macet kita mengeluh, padahal kita tahu bahwa kemacetan adalah pemandangan sehari-hari di kota Jakarta. Pekerjaan rumah tangga menumpuk karena tidak ada pembantu, kita mengeluh. Anak rewel, kita mengeluh. Tugas di kantor bertambah, kita mengeluh. Seolah semua hal jadi bahan keluhan.

Padahal kalau ditelaah, banyak hal-hal yang kita keluhkan hanyalah urusan dunia, karena ketidakpuasan kita terhadap hal-hal yang bersifat duniawi. Tapi manusia memang sudah terbiasa banyak mengeluh, hingga kadang lupa mensyukuri hal-hal yang kita anggap tidak penting padahal sangat penting. Sebut saja nikmat sehat. Pernahkah kita bersujud dan mengucap syukur dengan tulus karena Allah telah memberi nikmat sehat setiap hari sehingga kita bisa melakukan aktivitas dengan lancar. Jika pun ada hambatan, seharusnya tidak membuat kita jadi mengeluh tapi melihatnya sebagai ujian dan tantangan.

Sebagai makhluk yang lemah, setiap manusia tentu saja suatu waktu pernah mengeluh, sadar atau tidak sadar. Asalkan tidak menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter yang bakal sulit dihapus dari kepribadian seseorang. Orang yang memiliki karakter suka mengeluh akan berdampak pada munculnya suasana yang tidak nyaman bagi lingkungan dan orang di sekitarnya. Pernahkah Anda berjumpa dengan orang yang tabiatnya suka mengeluh dan Anda merasakan sangat tidak nyaman bahkan jengkel berada di dekatnya.

Kita memang harus waspada dengan sifat suka mengeluh ini, jika tidak ingin sifat buruk ini menjelma menjadi bagian dari karakter. Untuk itu perlu latihan pengendalian diri agar tidak selalu melontarkan keluhan Bagaimana caranya?

1. Biasakan menyampaikan keluh kesah pada Allah semata
Ketika kita ditimpa kemalangan atau musibah, lebih baik kita menyampaikan keluh kesah dan kegundahan hati kita pada Allah Swt. Karena Dia-lah Yang Mahatahu segala persoalan dan kegundahan dalam jiwa kita. "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya," (QS Yusuf;86).

2. Kita bisa berkeluh kesah pada orang lain, hanya jika keluh kesah itu merupakan hal yang penting.
Ini mungkin berkaitan dengan upaya Anda untuk mendapatkan hak Anda, atau hak orang lain yang Anda kenal. Kadang memiliki keluhan dan menyampaikan keluhan pada orang lain itu penting, asalkan disampaikan dengan baik-baik dan tidak berlebihan.

3. Bicarakan solusi yang praktis
Daripada mengeluh tiada akhir, lebih baik memikirkan atau membicarakan solusi praktis atas permasalahan yang kita hadapi. Tidak ada masalah yang tidak bisa dicari solusinya. Jika menemui jalan buntu, mohonlah bantuan pada Allah Swt.

4. Jangan membesar-besarkan hal yang kecil
Anas bin Malik berkata, "Saya melayani Rasululullah Saw. selama dua puluh tahun dan beliau tidak pernah mengatakan 'ahh' pada saya. Dan beliau tidak pernah mengatakan apapun yang tidak saya lakukan, 'mengapa kamu tidak melakukannya?' atau apapun yang telah saya lakukan, 'mengapa engkau melakukan itu?'" (HR Muslim). Jadi biarkan saja hal-hal sepele yang tidak penting itu lenyap dan tidak lagi mengganggu pikiran kita.

5. Bicaralah tentang nikmat Allah
Daripada memilih membicarakan segala sesuatu yang salah dalam hidup Anda, pilihlah topik pembicaraan tentang hal-hal yang menyenangkan dalam hidup Anda. Dengan bersikap seperti ini, bukan hanya membantu Anda menghindar dari keluhan, tapi juga mematuhi perintah Allah untuk selalu mensyukuri nikmat Allah, "Lalu nikmat Allah manakah yang engkau dustakan?".

6. Ingatlah mereka yang kurang beruntung
Salah satu cara untuk menyentak kita kembali untuk melihat realitas dan menghargai berkah yang Allah berikan pada kita adalah mengingat mereka yang kurang beruntung dari kita.. Bacalah berita-berita tentang orang lain yang menderita di Asia, Afrika, dan seluruh dunia. Bacalah tentang kehidupan anak yatim piatu di Palestina, tentang kehidupan para tunawisma di lingkungan kita sendiri. Sesekali berinteraksilah dengan mereka dan jangan menenggelamkan diri dalam rasa putus asa, tetapi menggunakan cerita mereka sebagai alat untuk bersyukur dan bersyukur kepada Allah atas apa yang kita miliki.

7. Kurangi stres dalam hidup Anda
Kita mungkin mengeluh karena kita mengalami stres yang cukup berat dalam kehidupan ini. Anda perlu tempat untuk menyendiri. Berhentilah sejenak, carilah tempat yang tenang untuk bersantai, duduk di ruang yang gelap, tarik napas dalam-dalam selama beberapa menit, berjalan-jalan di luar rumah, mendengarkan lagu-lagu nasheed dan membaca beberapa Al Qur'an akan memberikan ketenangan bagi hati dan pikiran yang sedang tertekan.

8. Bacalah kisah-kisah dalam Sirah, catatlah bagian-bagian yang penting dan pengalaman para nabi, sahabat nabi dan generasi-generasi muslim di masa lalu, belajarlah dari pengalaman, sikap dan cara mereka menghadapi masalah.

9. Bicarakan masalah-masalah lain yang lebih penting
Misalnya hal-hal baru yang mengundang minat Anda untuk belajar, proyek-proyek untuk pekerjaan Anda atau pengalaman jalan-jalan melihat keindahan alam yang membuat Anda merenungkan keindahan ciptaan Yang Mahakuasa.

10. Ceritakan pengalaman-pengalaman lucu yang pernah Anda alami, asal bukan cerita bohong.
Ketika berkumpul bersama teman atau keluarga, akan lebih ceria jika kita mendengar cerita-cerita lucu daripada mendengar keluhan, yang mereka sendiri tidak bisa membantu memberikan jalan keluar. Ceritakanlah hal-hal ringan yang lucu dan berkesan yang pernah Anda alami, ini akan membuat suasana dan orang di sekeliling Anda lebih menyenangkan.

11. Kenali sikap suka mengeluh yang jadi kebiasaan
Perhatikanlah selalu perkataan kita dari waktu ke waktu, apakah kita merasakan bahwa mengeluh lebih merupakan kebiasaan dari suatu usaha yang berguna? Mengakui hal itu sebagai kebiasaan adalah langkah pertama yang penting untuk mulai melawan sikap suka mengeluh.

12. Cari lingkungan yang lebih baik
Apakah kita merasakan lebih banyak mengeluh jika kita berada di sekitar orang-orang tertentu? Mungkin itu karena kita tidak memiliki banyak kesamaan minat dengan orang-orang tersebut, atau karena mereka tidak tertarik untuk bersikap positif dan berterima kasih. Jika itu terjadi, maka sudah saatnya kita mencari lingkungan teman yang lebih baik.

13. Sedikit Bicara
Umumnya, jika kita sudah mencoba segala sesuatu yang kita pikirkan dan masih menemukan diri kita terlalu banyak mengeluh, mungkin itu karena kita sudah terlalu banyak bicara. Jangan biarkan setan yang mengarahkan kita untuk bicara hal-hal yang tidak berguna atau berbahaya. Pertahankanlah kelembaban lidah dengan selalu mengingat Allah. Bertobatlah kepada-Nya dan bershalawatlah atas nama Rasulullah Saw. sesering mungkin. (ln/sismagz)

I'm Muslimah and Very Happy

Bagaimana tidak bahagia, kalau dengan kemuslimahan ini kami masih tetap bisa melakukan banyak hal tanpa perlu melanggar aturanNya. Bagaimana tidak bahagia, kalau dengan kemuslimahan ini kami menjadi lebih baik dari hari ke hari dalam ketaatan karenaNya. Dan bagaimana kami tidak bahagia, karena semakin kami bangga dengan kemuslimahan ini, maka semakin Allah menyayangi kami.

Tahukah engkau apa artinya jika Allah telah sayang pada seseorang? Mari kita dengar firmanNya dalam sebuah hadits qudsi :

Berkata Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda :

Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia Ta’ala memanggil Jibril AS seraya berfirman :

"Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan maka cintailah dia.”

Beliau SAW kemudian bersabda :

Maka Jibril AS pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil terhadap penghuni langit : ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Maka seluruh penghuni langit mencintainya. Kemudian di bumi ia diterima.

Apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia Ta’ala memanggil Jibril AS seraya berfirman :

"Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah ia"

Lalu ia dibenci oleh Jibril AS. Kemudian Jibril AS memanggil penghuni langit : ‘Sesungguhnya Allah membenci Fulan, maka bencilah kamu sekalian terhadapnya.'

Kemudian Beliau SAW bersabda : Kemudian ia di bumi dibenci oleh orang-orang.

[HQ. 3.5 Ditakhrijkan oleh Al-Bukhari, Muslim] [MZ74-79]

Lalu, apa lagi yang kurang dalam hidup ini jika Allah SWT, para malaikat, penghuni langit, dan penghuni bumi sedemikian istimewa menempatkan kita? Yakinlah, kita tak kan pernah merasa sendiri meski sedang seorang diri.

Akan selalu ada kebaikan dalam kebaikan tercipta, karena memang demikianlah keberkahan hidup terengkuh. Dan pastinya berbeda sekali dengan kedudukan orang kedua dalam hadits tersebut, dimana pasti menjadi pilihan berikutnya jika tak memilih pilihan sebelumnya, yaitu menjadi seseorang yang dicintai Allah SWT.

Jika jelas demikian, lalu alasan apa yang masih membuat sebagian dari kita enggan hidup dengan kemuslimahan ini?

Apa? Jadi muslimah itu ribet?

Apakah yang kau anggap ribet itu mengenakan kain penutup kepala yang lebar hingga menjuntai ke dada? Sementara itu adalah penjagaan terbaik dari Allah yang disebut hijab. Yang maknanya lebih dari sekedar kain penutup kepala. Yang dengannya engkau tak hanya aman, namun juga mengamankan mata dari yang bukan haknya.

Apakah yang kau sebut ribet itu harus memakai pakaian panjang longgar dan tidak transparan? Sementara justru itulah letak harga diri fisikmu. Pun demikian, kau juga aman dan mengamankan syahwat para lelaki tak kuat iman. Itulah yang disebut langkah preventif dari pintu perzinahan, terlebih (na’udzubillahi min dzalik) pemerkosaan.

Kalaupun toh memang ribet, hanya seribet itu kan? Ribet yang tak'kan membuat hidupmu sengsara. Sedikit kepanasan bukan masalah besar, toh akan menjadi sangat biasa jika kau mengenakannya tiap hari.

Ah, jika kita bicara ribet, bukankah shalat lima waktu itu lebih ribet dari pada yang “sembahyang” sepekan sekali? Jangan-jangan kau mengatakan shalat lima waktu juga ribet? Ups, maaf… bukan bermaksud su’udzan, hanya selintas pikiran yang tiba-tiba muncul sebagai bahan perbandingan.

***

Apa? Jadi muslimah itu sulit?

Hei, jangan membuatku tertawa. Bukannya justru sangat simple dan sangat nyaman dengan apa yang ada. Tidak perlu punya se-tas make-up tuk memoles wajah agar tetap terlihat cantik menarik, toh wanita bukanlah benda pajangan yang harus menarik perhatian. Kita sedang tidak jualan diri kawan! Tapi kita sedang hidup dengan akal, hati, dan jasad kita sebagai manusia yang bemartabat.

Muslimah tidak perlu update fashion hanya agar tidak dibilang kampungan dan ketinggalan jaman. Karena pakaian takwa ini adalah model yang tidak pernah lekang dimakan jaman. Akan tetap seperti ini dari dulu dan sampai kapanpun. Kenapa bisa demikian? Karena acuan syarat pakaian takwa ini sudah dipatenkan langsung dari yang menciptakan jaman, yang tentu saja lebih tahu tentang perkembangan jaman. Acuan syarat yang jauh lebih valid dan sempurna, karena juga diperhatikan efek samping untuk diri sendiri maupun untuk orang di sekitar.

Jadi, apanya yang sulit? Oh, apakah tidak bersentuhannya dengan lawan jenis yang bukan mahram, meskipun hanya berjabat tangan itu yang disebut sulit? Ketahuilah, bahwa justru itulah bagian dari istimewanya muslimah. Tak disentuh selain pada yang sudah berhak. Dengan garis jelas antara haram dan halal.

Dan siapa bilang sulit? Hanya perlu sedikit bersiasat agar tetap aman dan nyaman. Misalnya engkau hanya perlu menelangkupkan kedua tangan di depan dada, sedikit tersenyum sambil berucap, “Maaf, saya sudah wudhu.” kalau ketemu lawan dan suasana yang tidak kondusif untuk menjelaskan bahwa memang selain mahram dilarang bersentuhan. Karena tidak bisa dipungkiri masih banyak yang “belum bisa menerima” bahkan ada yang belum mengerti tentang hukum yang satu ini, dimana pernah dikisahkan bahwa Nabi SAW lebih memilih ditusuk dengan besi panas dari pada menyentuh wanita yang bukan mahram.

Dan ini sedang tidak berbohong, karena kalimat bentuk lampaunya tidak menjelaskan kapan waktu wudhunya, “sudah wudhu” bisa berdurasi sejam yang lalu, sehari yang lalu, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, atau kalau perlu setahun yang lalu. Jadi, kalau masih juga bilang sulit, itu tandanya sih kurang kreatif saja kali ya?

***

Apa? Jadi muslimah itu kudu pinter ngaji? Banyak tahu tentang hukum agama? Tidak boleh tertawa cekakan? Tidak boleh teriak-teriak? Tidak boleh jutek? Tidak boleh bla, bla, bla…

Ayolah kawan, jangan lagi cari alasan, karena semakin banyak alasan semakin menunjukkan kualitas diri, pun semakin menunjukkan kesalahan. Semuanya ada awal mulanya, semua ada proses dan alurnya. Engkau hanya perlu satu kata kunci sukses menjadi muslimah, yaitu taat. Bahasa Al-Qur’an-nya sih sami’na wa atha’na. Karena demikianlah sikap dan sifat para sahabat/sahabiyah dahulu ketika menerima ketentuan syari’at dari untaian tutur sang Nabi SAW.

Taatlah niscaya akan bahagia. Bukan bahagia yang semu, bukan bahagia yang dibayangi kekhawatiran takut kehilangan kebahagiaan itu sendiri. Tapi ini bahagia yang menghujam ke dasar kalbu. Bahagia yang membahagiakan. Karena hanya ada kata sabar dan syukur di dalamnya, yang bermula dari rasa yang sama; percaya akan kebaikan-kebaikan di setiap takdirNya. Tak ada umpatan, keluhan, apalagi penyesalan tentang kehidupan.

Jadi jika demikian tentang kebahagian itu, maka kamilah yang paling lantang berkata, “I’m muslimah and very happy.”

Islam Koq Pacaran

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?

Memiliki rasa cinta adalah fitrah

Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.

Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran dalam perspektif islam

In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)

Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).

Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).

Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam

Pacaran Menurut Islam

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?

Memiliki rasa cinta adalah fitrah

Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.

Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.

Pacaran dalam perspektif islam

In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)

Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).

Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).

Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).

Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam

Kamis, 16 Desember 2010

Siapakah Yang Engkau Maksiati..?

Dalam mengarungi bahtera kehidupan ini, kita melihat bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan;

Golongan pertama adalah manusia… lingkungan… masyarakat yang cinta kebaikan… gemar melakukan kebajikan… suka dalam menjalani kema’rufan…

Golongan kedua adalah manusia… lingkungan… masyarakat yang cinta kejelekan… gemar melakukan keburukan… suka dalam menjalani kemunkaran, maksiat dan dosa…

Yach… demikianlah lingkungan di sekitar kita…

Ingat…! Allah Ta’ala telah memberikan peringatan kepada kita dengan tegas nan jelas… bahwa musibah akan terjadi karena kemaksiatan yang dilakukan, tidak hanya menimpa para pelaku saja tapi akan menyeluruh kepada masyarakat sekitarnya… Allah menyatakan :

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لاَ تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ . (الأنفال : 25)

Artinya :

“Dan takutlah kalian terhadap fitnah (musibah, petaka, bencana, siksa) yang benar-benar tidak hanya menimpa orang-orang dhalim di antara kalian secara khusus. Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha dahsyat siksa-Nya.”

Subhanallah sungguh peringatan yang Allah berikan bukanlah sebuah omong kosong yang tak bisa terjadi… yang tak mungkin terlaksana… sungguh janji Allah adalah sebenar-benar janji dan pasti terjadi… musibah pasti akan datang silih berganti… petaka pasti akan menimpa kita punya negeri… bencana pasti akan terjadi di sana-sini… siksa Allah pasti akan meluluhlantakkan bumi pertiwi ini… bila kemunkaran dilakukan… bila maksiat dibiarkan… bila dosa diacuhkan… bila pelakunya diagungkan… bila perbuatannya didukung dan dikendalikan… sungguh musibah akan menimpa diri kita semua…

Lalu bagaimana dengan diri kita, yang mengaku para pecinta kebenaran, para pendukung kema’rufan, para penggemar kebajikan, para pelaku kebaikan… Apakah kehidupan kita sudah terlepas dari kemunkaran…? Apakah amal baik kita sudah terbebas dari dosa…? Apakah kelakuan kita sehari-hari sudah murni tanpa kesalahan dan keburukan…? Sungguh naif bila kita mengaku sebagai pasukan pembasmi kemunkaran bila justru diri kita terjerumus dalam dosa dan maksiat… Sungguh jelek bila kita mengaku cinta kema’rufan bila diri kita masih terlena dengan bujuk rayu wanita dan harta… Sungguh dhalim bila kita mengaku gemar melakukan kebajikan bila diam-diam kita menjalani kejelekan dan keburukan… atau bahkan justru kitalah yang menjadi kunci atas turunnya musibah… karena kita tahu dan berilmu tapi justru kita melanggar dan melakukan maksiat… kita tidak mengamalkan ilmu yang kita peroleh dari guru-guru kita…

Yach… memang manusia sulit untuk terlepas dari lupa dan salah… sulit bagi manusia untuk terbebas dari kejelekan dan keburukan… kecuali bagi mereka yang Allah lindungi… mereka yang diberi Rahmat oleh Allah… mereka yang senantiasa ingat kepada Allah… mereka yang selalu menjaga diri dari keburukan dan kejelekan sekecil apapun…

Sungguh indah nasehat Ulama salaf kita…

لاَ تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْخَطِيْئَةْ … … … وَلكِنْ اُنْظُرْ إِلَى مَنْ عَصَيْتَهْ

Janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu kesalahan……

Akan tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat……

Subhanallah sungguh indah nasehat ini…

Kepada kalian yang cinta kema’rufan…

Kepada kalian yang benci kemunkaran…

Semoga kehadiran nasehat ulama salaf di atas dapat menjadi renungan…

Yach…

janganlah engkau melihat akan kecilnya suatu dosa…

janganlah engkau melihat akan remehnya suatu kesalahan…

janganlah engkau melihat akan sepelenya suatu maksiat…

jangan…!!!

tapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat…

Allah… Dia yang sedang engkau maksiati…

Allah… Dia yang sedang engkau durhakai…

Allah… Dzat yang telah menciptakanmu… justru engkau sedang melanggar aturan-aturannya…

Lihatlah… perhatikanlah… siapa yang sedang engkau maksiati… saudara…!

Astagfirullahal adzim min kulli dzanbil adzim…

Sudah sepantasnya bagi kita semua ya ikhwah untuk menjaga diri kita… keluarga kita… masyarakat kita… negeri kita… dari kemaksiatan, dosa, keburukan, kesalahan, dan kemunkaran…

Dimanakah Hati Kita Berlabuh?

Saudaraku…!

Allah telah ciptakan manusia ini dengan banyak kemampuan yang ia miliki.

Ia berikan banyak fasilitas yang ada pada tubuh manusia. Dengan tangannya, manusia mampu membuat sesuatu yang menakjubkan. Dengan otaknya, ia mencetuskan teori-teori pengetahuan yang begitu luar biasa.

Namun, marilah kita amati salah satu dari sekian kemampuan kita, yaitu kemampuan berpikir, melihat dan mendengar!

Saudaraku…!

Dalam sebuah ayat-Nya. Allah swt berfirman :

قُلْ هُوَ الَّذِيْ أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ قَلِيْلاً مَا تَشْكُرُوْنَ

“Katakanlah! Dia (Allah) yang telah menciptakan kalian, dan Ia jadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati (pikiran). (namun) Amat sedikit yang kalian syukuri.”

Qs. Al-Mulk (67) : 23

Allah swt menyebut pendengaran dan penglihatan sebelum pikiran, karena demikianlah proses berpikir manusia. Ya… melihat, mendengar lalu berfikir. Dan melihat, mendengar serta berpikir dalam ayat ini berkaitan dengan status kita di hadapan Allah kelak, saudaraku…

Bagaimana reaksi kita tatkala melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang amat banyak di sekitar kita? atau ketika kita mendengar ayat-ayat-Nya? Dan bagaimana sikap kita saat Allah melimpahruahkan harta kepada kita? Dan bagaimana sikap kita saat Ia “cicipkan” sedikit__ azab-Nya yang berwujud musibah?

Saudaraku…!

Tak salah kalau sebuah pepatah Inggris mengatakan, “Heart is King” (hati adalah raja). Karena hati inilah yang menentukan segala perbuatan kita.

Bila hati seseorang itu “berlabuh” kepada Allah ia selalu beribadah, berzikir dan berdo’a, ia tak pernah melupakan-Nya, niscaya ia menjadi hati yang lembut, baik dan meridhakan Pemeliharanya.

Sebaliknya, hati yang selalu bermaksiat, lalai, meremehkan, bahkan berani menentang Allah atau enggan mendengarkan ayat-ayat suci-Nya, maka tak ubahnya ia adalah hati yang culas, jahat, yang selalu membuat murka Penciptanya. Dan itulah, hati yang ‘’berlabuh’’ kepada rayuan syaithan pujaanya.

Saudaraku…!

Kini, sudah saatnya kita introspeksi diri, mengamati kondisi kita masing-masing!

Mungkinkah terlampau jauh dari-Nya? Dimanakah hati kita “berlabuh’’? Di “pelabuhan’’ Allah-kah…? Atau di “pelabuhan” syaithan terkutuk?

Andaikan hati kita telah lama membengkok, marilah kita benahi dan luruskan kembali! Marilah kita mohon ampunan-Nya, ridha-Nya dan belas kasih-Nya!

Saudaraku…!

Akhir kata, tiada air mata yang lebih mulia kecuali tatkala ia menetes karena menyesali segala dosa… tatkala kita bersimpuh, bertaubat atas “kebengkokan’’ hati kita selama ini.

” وَ اسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ “

‘’Dan mohonlah ampun kalian kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’’

QS. Al-muzzammil (73) : 20

Iri Dan Dengki….., Kenali Kemudian Jauhi !!!

Sebagian manusia tidak mampu mengelakkan dirinya dari sifat iri dan dengki. Dengki kepada rekan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang punya mobil mewah, dengki kepada saudara yang anaknya sarjana dan dengki kepada seorang ustadz yang memiliki murid yang pintar dan lain sebagainya.

Dan sungguh tidak bisa dibayangkan, ketika abad globalisasi dan keterbukaan yang telah mulai membuka pintunya akan semakin memberikan peluang untuk membuka ‘kran hati’ untuk saling mendengki. Karena ukuran globalisasi identik dengan materi. Orang pun semakin tak bisa mengendalikan hati.

Rasa dengki dan iri baru tumbuh manakala orang lain menerima nikmat. Biasanya jika seseorang mendapatkan nikmat, maka akan ada dua sikap pada manusia. Pertama, ia benci terhadap nikmat yang diterima kawannya dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap inilah yang disebut hasud, dengki dan iri hati. Kedua, ia tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu. Sikap kedua ini dinamakan ghibthah (keinginan). Yang pertama itulah yang dilarang sedang yang kedua diperbolehkan.

Beberapa Kisah Al Qur’an tentang Orang-orang yang Dengki

Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait dan berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara. Allah Ta’ala menggambarkan sikap dengki ini dalam firmanNya, yang artinya: “Bila kamu memperoleh kebaikan, maka hal itu menyedihkan mereka, dan kalau kamu ditimpa kesusahan maka mereka girang karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)

Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Kebanyakan orang-orang ahli Kitab menginginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, disebabkan karena kedengkian (hasad) yang ada dalam jiwa mereka.” (QS. Al Baqarah: 109)

Kedengkian saudara-saudara Yusuf kepada dirinya mengakibatkan sebagian dari mereka ingin menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Yusuf ‘Alaihis Salam. Allah Ta’ala mengisahkan dalam firmanNya, yang artinya: “(Yaitu) ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf: 8 – 9)

Terhadap orang-orang pendengki tersebut Allah Ta’ala dengan keras mencela: “Apakah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. An Nisaa’: 54)

Sebab-sebab Dengki

Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar keluarga, antarteman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berde-katan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.

Adapun orang yang mencintai akhirat, yang mencintai untuk mengetahui Allah, malaikat-malaikat, nabi-nabi dan kerajaanNya di langit maupun di bumi maka mereka tidak akan dengki kepada orang yang mengetahui hal yang sama. Bahkan sebaliknya, mereka malah mencintai bahkan bergembira terhadap orang-orang yang mengetahuiNya. Karena maksud mereka adalah mengetahui Allah dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiNya. Dan karena itu, tidak ada kedengkian di antara mereka.

Kecintaan kepada dunia yang mengakibatkan dengki antarsesama disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya karena permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Diusahakanlah agar jangan ada kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat nikmat, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.

Sebab kedua adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.

Sebab ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya. Termasuk dalam sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Kedengkian mereka itu dilukiskan Allah Ta’ala dalam firmanNya, yang artinya: “Dan mereka berkata: Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?” (QS. Az Zukhruf: 31) Maksudnya, orang-orang kafir Quraisy itu tidak keberatan mengikuti Muhammad, andai saja beliau itu keturunan orang besar, tidak dari anak yatim atau orang biasa.

Sebab keempat, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah dari rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengki-nya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut sehingga mereka berkata: “Adakah Allah mengutus manusia sebagai rasul?” (QS. Al-Mu’minun: 34). Allah Ta’ala menjawab keheranan mereka dengan firmanNya, yang artinya: “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu ?” (QS. Al A’raaf: 63)

Sebab kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang alim dengan alim lainnya untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dari lainnya, dan sebagainya.

Sebab keenam, ambisi memimpin (hubbur riyasah). Hubbur riyasah dengan hubbul jah (senang pangkat/kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang di pojok dunia ingin menandingi-nya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja, atau paling tidak hilang pengaruhnya.

Sebab ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika disampaikan khabar pada-nya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan berhasil mencapai kesuksesan yang dicarinya. Orang sema-cam ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela Allah memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.

Terapi Mengobati Dengki

Hasad atau dengki adalah penyakit hati yang paling berbahaya. Dan hati tidak bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Ilmu tentang dengki yaitu hendaknya kita ketahui bahwa hasad itu sangat membahayakan kita, baik dalam hal agama maupun dunia. Dan bahwa kedengkian itu setitikpun tidak membahayakan orang yang didengki, baik dalam hal agama atau dunia, bahkan ia malah memetik manfaat darinya. Dan nikmat itu tidak akan hilang dari orang yang kita dengki hanya karena kedengkian kita. Bahkan seandainya ada orang yang tidak beriman kepada hari Kebangkitan, tentu lebih baik baginya meninggalkan sifat dengki daripada harus menanggung sakit hati yang berkepan-jangan dengan tiada manfaat sama sekali, apatah lagi jika kemudian siksa akhirat yang sangat pedih menanti?

Bahkan kemenangan itu ada pada orang yang didengki, baik untuk agama maupun dunia. Dalam hal agama, orang itu teraniaya oleh Anda, apalagi jika kedengkian itu tercermin dalam kata-kata, umpatan, penyebaran rahasia, kejelekan dan lain sebagainya. Dan balasan itu akan dijumpai di akhirat. Adapun kemenang-annya di dunia adalah musuhmu bergembira karena kesedihan dan kedengkianmu itu.

Adapun amal yang bermanfaat yaitu hendaknya kita melakukan apa yang merupakan lawan dari kedengkian. Misalnya, jika dalam jiwa kita ada iri hati kepada seseorang, hendaknya kita berusaha untuk memuji perbuatan baiknya, jika jiwa ingin sombong, hendaknya kita melawannya dengan rendah hati, jika dalam hati kita terbetik keinginan menahan nikmat pada orang lain maka hendaknya kita berdo’a agar nikmat itu ditambahkan. Dan hendaknya kita teladani perilaku orang-orang salaf yang bila mendengar ada orang iri padanya, maka mereka segera memberi hadiah kepada orang tersebut. Dan sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan kata-kata Ibnu Sirin: “Saya tidak pernah mendengki kepada seorangpun dalam urusan dunia, sebab jika dia penduduk Surga, maka bagaimana aku menghasudnya dalam urusan dunia sedangkan dia berjalan menuju Surga. Dan jika dia penduduk Neraka, bagaimana aku menghasud dalam urusan dunianya sementara dia sedang berjalan menuju ke Neraka.”

(Sumber Rujukan: Al Qur’an)